Halaman
91
Keanekaragaman Budaya Nusantara
Bab VI
Sumber gambar
: www.tempophoto.com
Keanekaragaman
Budaya Nusantara
Tujuan Pembelajaran:
Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini, maka kalian diharapkan dapat
mengidentifikasi keragaman budaya nusantara dan berperilaku serta bersikap dalam menjaga
keutuhan bangsa dalam masyarakat multikultural.
•
Suku Bangsa
•
Kelompok Sosial
•
Masyarakat Multikultural
Kata kunci
Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajari dan
ingatlah beberapa kata kuncinya!
Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajarilah peta
konsepnya!
Masyarakat
Multikultural
Keanekaragaman
Kelompok Sosial
Masyarakat Heterogen atau
Majemuk
Pengembangan Hubungan
Struktur Sosial
Kebudayaan
Suku Bangsa
Kebudayaan
Nasional
Sikap Toleransi
Empati
Integrasi
Nasional
membentuk
menjelaskan
tentang
tentang
meliputi
meliputi
92
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Kalian tentunya telah mempelajari dan mengetahui apa yang
dimaksud dengan masyarakat multikultural itu. Bangsa Indonesia terdiri
dari beranekaragam suku bangsa, agama, bahasa, kepercayaan dan
perilaku budaya yang berbeda yang merupakan kekayaan bangsa yang
patut dibanggakan. Agar semua perbedaan yang ada di dalam
kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berjalan damai, tenteram dan
aman tanpa menimbulkan ancaman disintegrasi bangsa maka perlu
mendapat perhatian kita semua.
Semua perkembangan kelompok sosial dalam keanekaragaman yang
ada di Indonesia merupakan sumber potensial konflik yang dapat memecah
belah bangsa Indonesia menjadi negara-negara kecil sehingga perlu ada
pemahaman dan perjuangan bagi kesetaraan, kesederajatan, dan perlakuan
yang sama dalam menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut. Masyarakat
multikultural adalah masyarakat yang dapat mengatur keberagaman
Sumber:
Indonesian Heritage
Gambar 6.1
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat multikultural
yang terdiri dari beragam suku bangsa, agama, bahasa, kepercayaan
serta perilaku budaya yang berbeda-beda
93
Keanekaragaman Budaya Nusantara
dengan prinsip dasar pengakuan akan keberagaman itu sendiri yang
menyangkut pengaturan hubungan antara kelompok mayoritas dan
minoritas, keberadaan kelompok imigran, masyarakat adat, dan lain-lain.
Pengakuan dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik
secara individual maupun secara kebudayaan merupakan prinsip dari
masyarakat multikultural.
Masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki
karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial antarindividu di
masyarakat bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup
berdampingan secara damai satu sama lain dengan perbedaan-perbedaan
yang melekat pada tiap entitas sosial dan politiknya. Secara mudah dapat
dikatakan, multikultural merupakan suatu konsep yang ingin membawa
masyarakat dalam kerukunan dan perdamaian, tanpa ada konflik dan
kekerasan, meski di dalamnya ada kompleksitas perbedaan. Nah, wacana
ini yang perlu kalian kembangkan sebagai langkah untuk mengakui dan
menghargai perbedaan wujud sikap masyarakat multikultural.
A.
Masalah-masalah Akibat Keanekaragaman dan
Perubahan Kebudayaan
Indonesia adalah sebuah
masyarakat majemuk atau
bineka
tunggal ika
, yaitu sebuah
masyarakat negara yang terdiri
atas masyarakat-masyarakat
suku bangsa yang dipersatukan
dan diatur oleh sistem nasional
dari negara. Dalam masyarakat
Indonesia yang majemuk ini
penekanan keanekaragaman
adalah pada suku bangsa dan
kebudayaan suku bangsa yang
tercermin secara horisontal dan
juga secara vertikal menurut
kemajuan ekonomi, teknologi,
dan organisasi sosial politiknya.
Tanpa kalian sadari sebenarnya
dalam masyarakat Indonesia
terdapat golongan dominan
Gambar 6.2
Masyarakat Cina merupakan
kelompok minoritas di pulau Jawa tetapi
merupakan golongan ekonomi menengah ke
atas karena keuletan dan kepandaian dalam
berbisnis sehingga secara ekonomi mereka
tergolong mampu dan berada di kelas atas
Sumber:
Tempo, 17 Agustus 2004
94
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
(mayoritas) dan minoritas, sebagaimana yang terwujud dalam tindakan-
tindakan yang dilakukan dalam berbagai interaksi baik interaksi secara
individual maupun secara kategorikal pada tingkat nasional maupun pada
tingkat masyarakat lokal, misalnya posisi orang Sakai yang minoritas
dibandingkan dengan posisi orang Melayu yang dominan di Riau atau
posisi orang Cina yang minoritas dibandingkan dengan pribumi.
Adanya kebudayaan dominan mayoritas dalam struktur masyarakat
yang majemuk menurut Bruner (Budhisantosa dalam www.pk.ut.ac.id/
jsi/ibuhdi.htm) disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1.
Faktor Demografis
Terdapat kesenjangan jumlah penduduk yang sangat timpang antara
pulau Jawa dan luar Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya seperempat
dari luas pulau luar Jawa, sementara 70% penduduknya tinggal di pulau
Jawa. Karena itu secara demografis penduduk pulau Jawa lebih dominan
jika dibandingkan dengan penduduk di luar pulau Jawa.
2.
Faktor Politis
Dominasi etnik tertentu dalam struktur pemerintahan Indonesia
mengakibatkan banyak sekali kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat
yang cenderung tidak adil, sebab seringkali menguntungkan kelompok
golongan tertentu, sehingga menimbulkan ketidakpuasan bagi kelompok
(suku bangsa) tertentu. Kemudian, kegagalan mengartikulasi kepentingan
politik etnik dan tersumbatnya komunikasi politik menimbulkan
perlawanan dari etnik lain yang sangat luar biasa kuatnya.
3.
Budaya Lokal
Pusat pemerintahan RI yang berpusat di pulau Jawa pada akhirnya
merangsang tumbuhnya kebudayaan lokal menjadi kebudayaan yang
dominan. Hal ini didukung oleh birokrat-birokrat pemerintah dalam bidang
ekonomi, pendidikan, politik, dan sosial keamanan, ketimpangan antara
pulau Jawa dan luar Jawa dari dahulu sudah sangat mengkhawatirkan
integrasi nasional.
Dengan struktur sosial yang sedemikian kompleks, sangat rasional
sekali Indonesia selalu menghadapi permasalahan konflik antaretnik,
kesenjangan sosial, dan sukar sekali terjadinya integrasi secara permanen.
Hambatan tersebut semakin nampak dengan jelas, jika diferensiasi sosial
berdasarkan ukuran suku bangsa bersinggungan dengan ukuran lain
seperti agama, kelas, ekonomi, dan bahasa. Diferensiasi sosial yang
melingkupi struktur sosial kemajemukan msyarakat Indonesia adalah:
95
Keanekaragaman Budaya Nusantara
1.
Diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (
custome
diferentiation
) hal ini karena perbedaan etnik, budaya, agama, dan
bahasa.
2.
Diferensiasi yang disebabkan oleh struktural (
structural diferentiation
),
hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk mengakses ekonomi dan politik
sehingga menyebabkan kesenjangan sosial di antara etnik yang berbeda.
Pada satu sisi kemajemukan menyimpan kekayaan budaya dan
hasanah tentang kehidupan bersama yang harmonis jika integrasi berjalan
dengan baik tetapi pada sisi lain, kemajemukan selalu menyimpan dan
menyebabkan terjadinya konflik antaretnik, baik yang bersifat laten
maupun
manifest
yang disebabkan oleh
etnosentrisme
,
primordialisme
, dan
kesenjangan sosial.
1.
Konflik Antarsuku Bangsa
Keanekaragaman suku bangsa telah menghasilkan adanya potensi
konflik antarsuku bangsa dan antara pemerintah dengan masyarakat suku
bangsa. P
otensi-potensi konflik tersebut memang sebuah permasalahan
yang ada bersamaan dengan keberadaan coraknya yang secara suku
bangsa majemuk. Sumber dari permasalahan ini terletak pada siapa atau
golongan mana yang paling berhak atas sumber-sumber daya yang ada
di dalam wilayah-wilayah kedaulatan dan kekuasaan sistem nasional atau
pemerintah pusat.
Konflik antarsuku bangsa adalah konflik antara kelompok suku bangsa
yang tergolong pribumi dengan kelompok suku bangsa yang tergolong
pendatang diakibatkan oleh adanya perbuatan sejumlah warga pendatang
yang telah mendominasi hampir keseluruhan bidang kehidupan sehingga
menimbulkan perebutan sumber daya ekonomi. Dampak lebih lanjut dari
pengaktifan dan penggunaan suku bangsa dalam kehidupan sosial adalah
ditegaskannya batas-batas suku bangsa oleh masyarakat suku bangsa
setempat berkenaan dengan hak tersebut, yaitu siapa yang tergolong asli
pribumi setempat, siapa yang pribumi setempat tetapi tidak asli, siapa yang
pendatang, dan siapa yang asing. Penggolongan suku bangsa ini
mempunyai buntut perlakuan sosial, politik, dan ekonomi oleh masyarakat
suku bangsa setempat terhadap berbagai golongan tersebut berupa tindakan-
tindakan diskriminasi dari yang paling ringan seperti digolongkan sebagai
pribumi tetapi tidak asli setempat sehingga mempunyai posisi minoritas
sampai dengan yang terberat digolongkan sebagai warga asing.
96
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Hal ini kemudian menimbulkan perlawanan-perlawanan akibat sikap
primordialisme
dan
etnosentrisme
yang dikembangkan sehingga konflik-
konflik yang mengarah pada kerusuhan dan disintegrasi bangsa terjadi.
Tumbuhnya perlawanan-perlawanan ini yang menyebabkan terjadinya
konflik di Sambas, Sampit, dan Ambon. Konflik yang bermula secara
perorangan atau individu merebak menjadi konflik antarkelompok sosial
dan mulai menggunakan atribut-atribut sosial budaya suku bangsa tertentu
sehingga konflik yang terjadi melibatkan kelompok sosial yang lebih luas
yaitu suku bangsa.
2.
Gerakan Separatisme (
Etnopolitic Conflict
)
Salah satu kasus yang selalu muncul kepermukaan akibat
beranekaragam suku bangsa yang tidak dikelola dengan baik akan
memunculkan gerakan separatisme atau dapat disebut sebagai
etnopolitic
conflict
yang dilakukan oleh sekelompok etnik.
Etnopolitic conflict
ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah watak dari pemerintah
kesatuan yang terlalu bersifat sentralistik dan hegemonik. Dengan kata
lain tidak meratanya pembangunan nasional yang dilakukan oleh
P
emerintah Pusat yang lebih mengutamakan kemajuan Pulau Jawa,
misalnya kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Gerakan ini didasarkan
oleh ketidakpuasan secara politik karena masyarakat Aceh merasa hak-
haknya selama ini “direbut” oleh pemerintah pusat. Rakyat Aceh merasa
didiskreditkan dan menjadi subordinasi. Seluruh hasil perjuangannya
mengusir penjajah Belanda pada waktu dulu, tidak bisa mengakses seluruh
kekayaan alam yang melimpah di dalamnya, sentimen keagamaan,
primordialitas, latar belakang kesejarahan yang sangat kuat dan khas, serta
tingginya
etnosentrisme
rakyat Aceh.
Etnosentrisme
inilah yang
sesungguhnya paling dominan dan selalu melekat pada rakyat Aceh.
Gerakan separatisme bersumbu pada
etnosentrisme
, dan berujung pada
ketidakpuasan kelompok suku bangsa atas berbagai kebijakan ekonomi,
sosial, politik, dan keamanan, yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Masih
ingatkah kalian dengan apa yang dimaksud dengan
etnosentrisme
?
Etnosentrisme
adalah suatu pandangan yang melekat pada diri seseorang
(masyarakat) yang menilai kebudayaan-kebudayaan lain, selalu diukur
dengan nilai kebudayaannya. Pandangan ini pada satu sisi menimbulkan
watak
egosentrisme, stereotipisme,
dan
primordialisme
sempit. Pemupukan
sifat seperti ini yang tanpa batas, pada akhirnya akan melahirkan gerakan-
gerakan separatisme. Tetapi dengan konsolidasi dan kesepakatan-
97
Keanekaragaman Budaya Nusantara
kesepakatan secara damai maka GAM akhirnya dapat diselesaikan dengan
berbagai persyaratan.
Kalian masih ingat perlawanan Fretillin dan Kota di Timor Timur sejak
mereka bergabung dengan Indonesia dan menjadi propinsi ke-27 pada
tahun 1976? Perlawanan itu akhirnya berhasil membentuk negara sendiri
tahun 1998. Masih ingatkah kalian tentang gerakan perlawanan suku
Amungmo di Abepura terhadap pemerintah pusat sejak Freeport
melakukan eksplorasi dan eksploitasi di Irian Jaya (Papua). Ada sebuah
istilah yang mereka gunakan dalam melakukan perlawanan yaitu gerakan
cargo cut,
yang merupakan sebuah misi suci yang didasarkan pada emosi
keagamaan untuk membangkitkan kejayaan masa lampau (nenek
moyang). Gerakan ini adalah embrio dari Organisasi Papua Merdeka
(OPM) dengan lambang bintang kejoranya, dan sekarang ini perlawanan
itu tetap ada dan menimbulkan korban jiwa.
Etnopolitic conflict
akan terjadi dalam dua dimensi, yaitu:
a.
Konflik di Dalam Tingkatan Ideologis
Konflik ini terwujud di dalam bentuk konflik antara sistem nilai yang
dianut oleh etnik pendukungnya serta menjadi ideologi dari kesatuan sosial.
b.
Konflik yang Terjadi Dalam Tingkatan Politis
Konflik ini terjadi dalam bentuk pertentangan di dalam pembagian
status kekuasaan, dan sumber ekonomi yang terbatas dalam masyarakat.
Hal ini sesuai dengan konsep konflik yang didefinisikan oleh Lewis
Coser
, bahwa konflik sesungguhnya adalah usaha untuk memperebutkan
status, kekuasaan, dan sumber-sumber ekonomi yang sifatnya terbatas,
pihak-pihak yang berkonflik bukan hanya berniat untuk memperoleh
barang yang dimaksud tetapi juga berniat untuk menghancurkan
lawannya. Dalam kondisi konflik, maka sadar ataupun tidak sadar setiap
yang berselisih akan berusaha untuk meningkatkan dan mengabdikan
diri dengan cara memperkokoh solidaritas ke dalam di antara sesama
anggotanya, membentuk organisasi-organisasi kemasyarakatan untuk
keperluan kesejahteraan dan pertahanan bersama, mendirikan sekolah
untuk memperkuat identitas kultural, meningkatkan
sentimenitas
etnosentrisme
,
stereotipisme
, keagamaan, dan usaha-usaha lain yang
meningkatkan
primordialisme
.
98
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Analisis Sosial
“Ayo kembangkan kecakapan kalian”
1.
Analisislah konflik idiologi dan politik yang terjadi pada elit politik
di era reformasi!
2.
Menurut kalian apakah model konflik demikian terjadi akibat
masalah keanekaragaman di Indonesia? Jelaskan!
3.
Kesenjangan Multidimensional
Kehidupan politik yang selalu tidak stabil di pusat, supremasi hukum
mati, KKN merajalela dari pusat sampai dengan daerah, kepentingan partai
dan golongan lebih diutamakan daripada kepentingan rakyat, bangsa,
dan negara, menimbulkan persoalan baru bagi bangsa ini yaitu adanya
krisis multidimensional y
ang melingkupi semua aspek. Pembangunan
selama ini ternyata tidak selamanya memberikan dampak kesejahteraan
bagi rakyatnya. Hal ini semakin diperparah dengan adanya eksploitasi
sumber daya alam secara berlebihan di daerah-daerah luar Jawa.
Secara langsung mungkin tidak ada kaitannya antara kesenjangan
pembangunan dengan pluralitas masyarakat di Indonesia. Tetapi yang
perlu ditekankan adalah bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia tidak
dapat diberlakukan pemaksaan untuk menciptakan keseragaman dan
kesatuan karena masing-masing mempunyai karakter dan tujuan yang
berbeda. Manajemen pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh
pemerintah kurang memperhatikan adanya kenyataan pluralitas yang ada,
akibatnya persatuan dan kesatuan yang akan dicapai tidak dalam konteks
kemajemukan tetapi homogenitas.
Usaha pemerintah untuk memeratakan jumlah penduduk di Jawa dan
di luar Jawa lewat program Transmigrasi menimbulkan banyak persoalan.
Ternyata disamping kesulitan untuk beradaptasi dengan kebudayaan lokal,
para pendatang dari Jawa juga sering mendapatkan perhatian yang lebih
dari pemerintah pusat. Transmigran yang mempunyai tingkat pendidikan
lebih baik, lebih mudah untuk merespons pembangunan yang selama ini
dijalankan oleh Pemerintah Indonesia. Misalnya kasus di Timika,
bagaimana penduduk pribumi sangat ketinggalan dalam melakukan
kompetisi menerima program pembangunan pemerintah pusat, sehingga
dominasi politik dan ekonomi dipegang oleh para pendatang.
99
Keanekaragaman Budaya Nusantara
B.
Pengembangan Potensi Lokal dan Nasional
sebagai Alternatif Solusi Keanekaragaman
1.
Potensi Budaya Lokal
Sejak Indonesia merdeka, para pemimpin bangsa saat itu telah
menyadari arti pentingnya pengembangan kerangka etos budaya yang
dimiliki dapat mempersatukan masyarakat Indonesia yang majemuk, hal
ini dapat kalian lihat dalam UUD 1945 pasal 32. Dalam pasal tersebut jelas
bahwa pemerintah sudah memperhatikan kebudayaan-kebudayaan yang
telah ada dan berkembang di Indonesia dan kewajiban negara untuk
mengembangkanny
a. Sebagai suatu bangsa yang baru lahir, sesungguhnya
masyarakat Indonesia belum mempunyai kebudayaan nasional yang
berlaku secara umum dan menjadi kerangka acuan bagi segenap
masyarakat. Walaupun sejak Kebangkitan Nasional tahun 1908 dan Sumpah
Pemuda pada tahun 1928 bangsa Indonesia telah mempunyai cita-cita untuk
bersatu membentuk masyarakat bangsa yang merdeka. Yang dimiliki
bangsa Indonesia di awal kemerdekaan ialah kebudayaan-kebudayaan
Indonesia yang tersebar di kepulauan-kepulauan nusantara.
Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku
bangsa yang semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan
mendukung kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh
dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional.
Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan
berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas
nasional. Tetapi dalam masyarakat majemuk dengan keragaman latar
belakang kebudayaan seperti yang terjadi di Indonesia tidaklah mudah
untuk mengembangkan suatu kebudayaan nasional hanya dengan
mengandalkan pada kemampuan dan kemapanan masyarakat semata-
mata. Untuk melengkapi bunyi pasal 32 diberikan tambahan penjelasan
apa yang dimaksud dengan kebudayaan bangsa itu. “Kebudayaan bangsa
ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budidaya rakyat
Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia,
terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju
ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak
bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembang-
kan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi
derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”.
100
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Dari penjelasan tersebut, sangat jelas tersirat bahwa perkembangan
kebudayaan bangsa yang hendak dimajukan itu tidak mungkin dibiarkan
terselenggara tanpa ketentuan arah serta tanpa memperhatikan keragaman
masyarakat dengan segala kebutuhan yang timbul dalam proses
perkembangan masyarakat bangsa. Menurut Budhisantosa, penjelasan
dalam pasal 32 UUD 1945 memberikan empat ketentuan arah dan tujuan
pengembangan kebudayaan nasional Indonesia, yaitu:
a.
Kebudayaan nasional yang hendak dikembangkan itu harus benar-
benar merupakan perwujudan hasil upaya dan tanggapan aktif
masyarakat Indonesia dalam proses adaptasi terhadap lingkungannya
dalam arti luas.
b.
Kebudayaan nasional itu merupakan perpaduan puncak-puncak
kebudayaan daerah, sehingga mewujudkan konfigurasi budaya
bangsa.
c.
Pengembangan kebudayaan nasional itu harus menuju ke arah
kemajuan adab yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa.
d.
Tidak menutup kemungkinan untuk menyerap unsur-unsur
kebudayaan asing yang dapat mengembangkan dan memperkaya
kebudayaan nasional, serta mempertinggi kemanusiaan bangsa
Indonesia.
Gambar 6.3
Pertunjukkan seni yang dilakukan secara terbuka dengan dibarengi modifikasi
atraksi merupakan wujud pengenalan budaya kepada masyarakat. Dan ini bisa dilakukan di
tempat-tempat yang mempunyai kebudayaan lainnya
Sumber:
Kedaulatan Rakyat, 1 Oktober 2005
101
Keanekaragaman Budaya Nusantara
Ketentuan pertama menunjukkan betapa dalam pengembangan
kebudayaan nasional harus diperhatikan oleh masyarakat pendukungnya
yang mempunyai latar belakang aneka ragam kebudayaan daerah.
Dihayati sebagai kerangka acuan menjadi penting bukan hanya bagi para
pendukungnya melainkan juga sebagai sumber landasan pengembangan
kebudayaan nasional dengan pendukung yang sama. Karena fungsi ganda
tersebut, maka pelestarian kebudayaan daerah tidak dapat diabaikan.
Usaha pengembangan kebudayaan nasional Indonesia bersifat ganda.
Pengembangan tersebut, bukan semata-mata diselenggarakan untuk
menggali puncak-puncak kebudayaan daerah untuk memperkaya dan
memberikan corak kepribadian kebudayaan nasional, tetapi juga
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah. Dengan cara
demikian kebudayaan nasional tidak hanya akan kuat berakar pada
kebudayaan lama dan asli melainkan juga terjamin kelestariannya karena
menjadi milik para pendukung kebudayaan daerah yang merasa ikut
mengembangkan dengan sumbangan unsur-unsur kebudayaan daerah
masing-masing.
Ketentuan kedua mengandung pengertian bahwa di dalam upaya
memajukan kebudayaan nasional Indonesia harus dapat mewujudkan
konfigurasi budaya yang merupakan perpaduan antar puncak-puncak
Gambar 6.4
Pakaian yang dipakai dalam acara pernikahan merupakan salah satu usaha
pelestarian budaya adat tertentu. Pakaian adat dapat memberikan inspirasi bagi perancang
busana untuk memodifikasi dengan unsur pakaian dari budaya lainnya. Ini merupakan salah
satu bukti bahwa Indonesia sangat menghargai keragaman yang ada di masyarakat.
Sumber:
Ensiklopedi Untuk Pelajar
102
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
kebudayaan di daerah. Konfigurasi budaya itu amat penting artinya sebagai
inti penggerak yang akan menjiwai, memberi makna serta mengarahkan
kehidupan berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat Indonesia
yang majemuk. Itulah sebabnya sejak awal mula, para pendiri negara telah
menyatakan perlunya pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia yang dapat memenuhi fungsi dan memperkokoh persatuan dan
kesatuan, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa. Untuk keperluan
tersebut, maka perlu dikembangkan konfigurasi budaya sebagai perpaduan
puncak-puncak kebudayaan daerah, sehingga mudah diterima, dikukuhkan
dan dihayati sebagai pengikat kesatuan bangsa.
Kebudayaan nasional Indonesia harus dikembangkan menuju abad,
budaya dan persatuan bangsa. Kebudayaan itu tidak boleh berhenti dan
mengabaikan tuntutan kemajuan teknologi, perubahan lingkungan, serta
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Perlu diperhatikan adalah
kepentingan nasional untuk menghindarkan kesenjangan sosial yang dapat
memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa yang mungkin timbul
sebagai akibat kesenjangan pemahaman dan penghayatan kebudayaan
nasional di daerah-daerah. Hal itu berarti bahwa dalam upaya
mengembangkan kebudayaan nasional yang sesuai dengan perkembangan
jaman perlu pula diperhatikan kenyataan adanya kesenjangan
perkembangan daerah yang masih berfungsi sebagai acuan lokal.
Gambar 6.5
Kebudayaan daerah merupakan sumber dari kebudayaan nasional.
Sumber:
Kompas 16 Agustus 2006
Sementara itu pengaruh kebudayaan asing tidak boleh diabaikan
dalam upaya pengembangan kebudayaan nasional. Kenyataan di dunia
ini hampir tidak ada suatu kebudayaan yang bebas dari pengaruh
103
Keanekaragaman Budaya Nusantara
kebudayaan asing. Bahkan boleh dikatakan kontak-kontak kebudayaan
itu merupakan salah satu unsur pendukung yang dapat mempercepat
perkembangan suatu kebudayaan. Kemampuan masyarakat untuk
menyerap kebudayaan asing yang diperlukan dan tidak bertentangan
dengan nilai inti Pancasila. Perlu diperhatikan tersebut disadari sepenuhnya
oleh para pendiri negara Republik Indonesia sebagaimana tercermin dalam
penjelasan pasal
32 UUD 1945. Upaya pengembangan kebudayaan
nasional Indonesia tidak tertutup kemungkinan untuk menyerap unsur-
unsur kebudayaan asing yang dapat memperkaya dan mengembangkan
kebudayaan bangsa. Dalam menyerap unsur-unsur kebudayaan asing,
perlu diperhatikan patokan-patokan untuk memilih unsur-unsur yang
dapat mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa.
2.
Kebudayaan Nasional Sebagai Identitas Bangsa
Tanpa disadari kebudayaan nasional Indonesia telah berkembang sejalan
dengan dinamika masyarakat Indonesia dalam menghadapi tantangan
zaman. Kebudayaan lokal yang tersebar dan beragam yang ada di Indonesia
diwujudkan dalam kebudayaan nasional sebagai pemersatu masyarakatnya
dan disebut sebagai
identitas bangsa. Segala bidang kehidupan yang ada di
masyarakat diatur sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan dan
kekuatan nasional yang mampu menghadapi segala ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan dari kebudayaan asing. Misalnya ideologi
Pancasila sebagai landasan filsafat negara dikembangkan untuk
meruntuhkan sisa-sisa kekuatan kolonial masyarakat Indonesia.
Pengembangan sistem politik dan pemerintahan juga harus disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat yang majemuk. Berbagai peraturan yang
menata kehidupan sosial politik di Indonesia menunjukkan betapa dinamika
dalam masyarakat majemuk itu menuntut kemantapan organisasi sosial yang
mantap dalam kebudayaan nasional. Demikian pula sistem pemerintahan
yang dikembangkan di Indonesia senantiasa mengalami perkembangan
untuk menampung persepsi dan aspirasi yang hidup dalam masyarakat.
Secara lambat akan tetapi pasti sistem pemerintahan dalam kerangka
organisasi sosial di Indonesia berkembang dan melembaga sebagai salah
satu unsur kebudayaan nasional.
104
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Di samping sistem politik dan pemerintahan, di Indonesia juga telah
berkembang sistem perekonomian nasional. Sekurang-kurangnya sistem
mata uang sebagai alat penukar dan satuan nilai yang memperlancar
distribusi barang dan jasa, telah berlaku secara nasional. Demikian pula
sistem perbankan dan perdagangan yang telah dapat dikendalikan
melintasi batas-batas wilayah kesukuan dan kedaerahan. Semuanya itu
merupakan unsur kebudayaan nasional yang amat penting artinya sebagai
sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa dan melembaga sebagai
salah satu unsur kebudayaan nasional. Sementara itu di bidang pertahanan
dan keamanan telah berkembang nilai-nilai dan pranata sosial yang
menjadi pedoman dan pegangan dalam mengatur ketertiban
bermasyarakat dan bernegara, terutama apabila dihadapkan pada
ancaman yang datang dari luar. Sistem pertahanan dan keamanan yang
sejak awal perang kemerdekaan dikembangkan penduduk secara lokal
dan spontan, secara lambat laun kini telah disempurnakan dalam sistem
pertahanan dan keamanan nasional. Berbagai pranata sosial dikembangkan
secara nasional untuk membina ketahanan nasional dalam sistem bela
negara. Demikian pula kesatuan-kesatuan perlawanan rakyat setempat
Gambar 6.6
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan adalah salah satu
kebudayaan asing yang sering kita terima sebagai usaha untuk mempercepat
pembangunan dan menghindarkan bangsa dari ketertinggalan
Sumber:
Tempo , 18 Juni 2003
105
Keanekaragaman Budaya Nusantara
ataupun kelompok-kelompok sosial tertentu telah dikembangkan dalam
keterpaduan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Kepolisian dan
ketiga angkatan bersenjatanya. Semuanya itu merupakan perwujudan
perkembangan kebudayaan nasional di bidang pertahanan dan keamanan.
Di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, perkembangan
kebudayaan nasional Indonesia tidak kalah pesat. Tanpa mengabaikan tradisi
yang ada, masyarakat Indonesia telah mengembangkan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan derajat kemanusiaan
bangsa sesuai dengan amanat UUD 1945. Sesungguhnya pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengembangan kebudayaan
nasional
tidak dapat mengabaikan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bersifat universal. Oleh karena itu, tidaklah mudah bagi
bangsa Indonesia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara mandiri, melainkan penerapannya yang disesuaikan dengan nilai-
nilai budaya norma-norma sosial dan pandangan hidup yang Pancasilais.
Sebagaimana diketahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
manapun sangat erat kaitannya dengan industrialisasi atau proses produksi
massal yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Akibat sampingan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam industrialisasi ialah
perkembangan masyarakat industri dengan perangkat nilai budayanya.
Gambar 6.7
Pengambilan sumber daya alam yang ada di wilayah Indonesia merupakan
usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan diharapkan memberikan kesejahteraan
bagi rakyat seluruhnya. Tetapi seiring perkembangannya banyak yang menyalahgunakan
pengambilan sumber daya alam ini untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu
dengan mengabaikan penduduk lokal.
Sumber:
Kompas, 20 Agustus 2005
106
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu
tidak mungkin tercapai tanpa pengembangan sistem pendidikan nasional
yang mendukungnya. Oleh karena itu pengembangan kebudayaan
nasional senantiasa dibarengi dengan pengembangan sistem pendidikan
nasional. Arti pentingnya pendidikan nasional di Indonesia bukan semata-
mata sebagai sarana
pembinaan nalar yang menjadi dasar pengembangan
keterampilan dan keahlian, melainkan juga sebagai sarana pembinaan
kepribadian yang sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa.
Disamping itu pengembangan sistem pendidikan nasional dalam rangka
pengembangan kebudayaan nasional sangat penting artinya sebagai
sarana integrasi. Di sekolah, generasi muda diperkenalkan dengan lambang
negara, bendera pusaka dan lagu kebangsaaan sebagai sarana persatuan
dan kesatuan bangsa. Generasi muda diperkenalkan juga dengan wilayah
negara Republik Indonesia dan kemajemukan masyarakat serta
keanekaragaman
kebudayaan Indonesia. Bahkan di sekolah generasi muda
sebagai penerus diajarkan Pancasila dan Wawasan Nusantara sebagai
pandangan hidup yang dilandasi kepribadian mereka.
Sistem pendidikan nasional tidak terbatas menata kegiatan pendidikan
di sekolah, melainkan lebih luas mencakup pendidikan dalam lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat luas. Karena itu
pengembangan sistem pendidikan nasional boleh dikatakan sebagai
keberhasilan masyarakat dan pemerintah mengembangkan sistem
reproduksi sosial dalam sistem organisasi sosial sebagai unsur kebudayaan
nasional. Sesungguhnya tanpa disadari masyarakat Indonesia telah berhasil
mengembangkan kesenian nasional walaupun perkembangan kesenian daerah
atau suku bangsa tertentu seringkali lebih menonjol. Beberapa bentuk kesenian
daerah yang merupakan puncak-puncak kebudayaan, telah diterima sebagai
kebudayaan nasional dan menjadi kebanggaan dan bahkan identitas di luar
negeri. Di samping itu berbagai bentuk kesenian yang menggunakan
lambang-lambang yang sangat komunikatif dengan mudah berkembang
melintasi batas-batas lingkungan kebudayaan daerah maupun suku bangsa.
Seni sastra, seni lukis, seni musik dan beberapa bentuk seni tari telah
mewujudkan dan menyatakan perasaan keindahan yang berlaku secara
nasional. Berbagai ungkapan dan pernyataan keindahan lainnya sedang
berkembang dan mencari bentuknya yang dapat diterima secara nasional.
Dalam sistem religi, kebudayaan nasional Indonesia telah berhasil
membina semangat dan kebesaran jiwa masyarakat Indonesia yang
berpedoman pada prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Jiwa dan semangat
107
Keanekaragaman Budaya Nusantara
Ketuhanan Yang Maha Esa itu tercermin dalam sikap dan pola tingkah
laku yang berkembang dalam masyarakat yang memuliakan kebesaran
Tuhan dan tenggang rasa dalam pergaulan antara sesama umat beragama,
maupun penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di
samping perkembangan pesat agama dan penghayatan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, di Indonesia juga berkembang kebudayaan
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka
perkembangan kebudayaan nasional.
Akhirnya salah satu unsur kebudayaan nasional yang amat penting
akan tetapi seringkali dilupakan orang ialah bahasa Indonesia. Sejak Sumpah
Pemuda 1928, kehadiran akan bahasa nasional sebagai sarana pemersatu
secara tegas telah diungkapkan. Sejak saat itu bahasa Indonesia yang
memang merupakan bahasa penghubung dalam pergaulan lintas suku
bangsa dan daerah dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam
pergaulan nasional secara resmi. Perkembangan bahasa nasional sebagai
unsur kebudayaan nasional bukan sekedar karena diperlukan sebagai
bahasa pengantar, melainkan lebih penting lagi sebagai sarana pendidikan
dalam arti luas. Bahasa Indonesia yang berkembang sebagai bahasa nasional
itu tidak hanya merupakan rangkaian kata sebagai sarana pergaulan akan
tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan
pandangan hidup yang mempunyai kekuatan memerintah. Karena itu
pengembangan kebudayaan nasional secara keseluruhan tidak mungkin
Gambar 6.8
Sebuah kesenian tradisional dapat memberikan gambaran tentang
karakteristik suku bangsa tertentu seperti tari gambyong yang menggambarkan keluwesan
dan kelembutan seorang perempuan Jawa.
Sumber:
Kompas 7 Agustus 2006
108
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
terlaksana tanpa dukungan bahasa Indonesia yang lebih demokratis dengan
segala dinamikanya. Kebudayaan nasional telah berkembang dalam ketujuh
unsurnya yang universal, namun perkembangan di daerah-daerah ataupun
di lingkungan masyarakat suku bangsa belum seluruhnya merata. Ada
sementara masyarakat daerah dan suku bangsa yang lebih cepat menyerap
unsur-unsur universal di bidang religi, ataupun ekonomi, sebaliknya ada
pula yang lebih kuat menyerap unsur-unsur universal di bidang organisasi
sosial ataupun teknologi. Penyerapan dan penghayatan kebudayaan nasional
itu tergantung pada intensitas pergaulan nasional maupun minat dan
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, disamping kesenjangan dalam
penyerapan dan penghayatan kebudayaan nasional di kalangan masyarakat
terasing, nampak pula adanya kesenjangan antara masyarakat kota dan
pedesaan.
Analisa Sosial:
“Coba kembangkan rasa ingin tahu kalian!”
1.
Menurut kalian apakah mungkin potensi lokal dan nasional
dapat dihubungkan? Jelaskan!
2.
Bagaimana cara yang efektif dalam mengembangkan potensi
lokal dan nasional agar mampu menjadi solusi dalam integrasi
nasional? Jelaskan!
3.
Amatilah kehidupan pemuda sekarang yang semakin
mengadopsi kebudayaan barat!
C.
Penentuan Sikap Kritis terhadap Hubungan
Keanekaragaman dan Perubahan Kebudayaan
Multikulturalisme merupakan suatu strategi dari integrasi sosial di mana
keanekaragaman budaya benar-benar diakui dan dihormati, sehingga
dapat difungsikan secara efektif dalam menghadapi setiap isu separatisme
dan disintegrasi sosial. Pengalaman mengajarkan, bukan semangat
kemanunggalan atau ketunggalan
(tunggal ika)
yang paling potensial akan
melahirkan persatuan kuat, tetapi pengakuan adanya pluralitas
(bineka)
budaya bangsa inilah yang lebih menjamin persatuan bangsa menuju
pembaruan sosial yang demokratis.
109
Keanekaragaman Budaya Nusantara
Setiap kelompok sosial, apapun perwujudannya, telah mengembang-
kan pola-pola interaksi yang membaku, sehingga dapat menjamin
ketertiban interaksi sesama warga. Persoalan timbul ketika individu-
individu itu bertemu dengan individu dari kelompok lain yang tidak jelas
kedudukan sosial atau identitas dirinya. Pada banyak komunitas adat yang
ketat membedakan antarwarga dengan bukan warga, kehadiran orang
asing itu terpaksa dilalui dengan upacara adopsi untuk mempermudah
perlakuan, kecuali kalau yang bersangkutan akan tetap diperlakukan
sebagai orang luar atau hendak diperlakukan sebagai musuh. Hal ini
tercermin antara lain dalam upacara penyambutan pejabat.
Walaupun sebagai makhluk sosial, manusia cenderung untuk hidup
berkelompok, akan tetapi ia tidak mungkin menghindarkan diri dari
pergaulan lintas kelompok dalam mempertahankan hidup dan
mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Manusia itu
merupakan makhluk yang paling tinggi mobilitasnya sejak awal
kehadirannya di muka bumi. Terdorong oleh kebutuhan hidup yang tidak
mungkin dipenuhi dalam lingkungan sendiri, ataupun karena dorongan
keinginan tahu mencari pengalaman baru, mereka seringkali melakukan
perjalanan dan terlibat dalam interaksi sosial lintas budaya itu sendiri.
Gambar 6.9
Terbentuknya lembaga-lembaga adat di sebuah masyarakat dapat menciptakan
integrasi sosial di antara sesama anggota suku bangsa sehingga dapat mewujudkan
solidaritas sosial yang mampu menjadi kekuatan sosial yang kuat bagi penentuan kebijakan
politik dan ekonomi masyarakat
Sumber:
Kompas, Agustus 2006
110
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Berbagai identitas kelompok dikembangkan untuk memperkuat
kesadaran kolektif
,
antara lain kelompok suku bangsa
(ethnic group)
yang
dilandasi oleh keyakinan akan asal-usul nenek moyang bersama, baik yang
nyata maupun fiktif, serta kesamaan pengalaman sosial dan kebudayaan
yang mengikat kesetiakawanan sosial. Kesadaran menjadi anggota
kelompok itu menjamin rasa aman atau setidak-tidaknya kenyamanan
bagi yang bersangkutan. Untuk memelihara kesetiakawanan sosial
kelompok suku bangsa itu biasanya mengembangkan simbol-simbol yang
selain diyakini kebenarannya, juga mudah dikenal, seperti bahasa, adat
istiadat, dan agama. Walaupun tidak setiap kelompok suku bangsa
mempunyai bahasa yang berbeda dengan kelompok lain, akan tetapi
sesungguhnya ia lebih mengutamakan simbol-simbol yang membedakan
dengan bahasa lainnya daripada kenyataan yang sesungguhnya
dipergunakan oleh segenap anggotanya.
Adat istiadat, seperti gaya hidup, makanan, pakaian dan bentuk
perumahan, seringkali digunakan sebagai simbol suku bangsa yang
membedakan dengan kelompok suku bangsa yang lain. Akan tetapi
sesungguhnya di samping perbedaan yang makin memang nyata,
seringkali lebih banyak persamaannya, terutama di antara suku-suku
bangsa yang berdekatan wilayah dan terlibat dalam interaksi sosial yang
intensif. Sebaliknya dalam satu suku bangsa yang besar, bisa berkembang
berbagai adat istiadat yang berbeda, seperti antara orang Solo dengan
Yogyakarta.
Sudah saatnya, pasca reformasi ini masyarakat Indonesia mempunyai
pedoman hidup mendasarkan bagi kebersamaan yang sederajat dan
sebuah pedoman praktikal dalam menghadapi kehidupan nyata sehari-
hari. Kita harus bersedia menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan suku bangsa, agama, budaya,
gender, bahasa, kebiasaan, ataupun kedaerahan. Multikultural memberi
penegasan, segala perbedaan itu adalah sama di dalam ruang publik.
Dengan kata lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, sebab
yang terpenting komunitas itu diperlakukan sama oleh negara. Adanya
kesetaraan dalam derajat kemanusiaan yang saling menghormati, diatur
oleh hukum yang adil dan beradab yang mendorong kemajuan dan
menjamin kesejahteraan hidup warganya.
Tidak jarang terjadi interaksi sosial lintas budaya yang tidak imbang,
sehingga menimbulkan kesan adanya dominasi suatu suku bangsa dan
kebudayaan tertentu atas suku bangsa ataupun golongan sosial dan
111
Keanekaragaman Budaya Nusantara
kebudayaan-kebudayaan lainnya. Sejarah membuktikan betapa ambisi para
penguasa untuk memperluas pengaruh ke luar lingkungan suku bangsa
maupun kebudayaannya telah memperkaya bentuk dan ragam pola-pola
interaksi lintas budaya dimasa lampau yang meninggalkan bekas-bekas yang
positif maupun negatif. Upaya besar untuk mempersatukan masyarakat
majemuk dengan keanekaragaman kebudayaannya itu tentunya menuntut
kesetaraan
(equality).
Semangat untuk mempersatukan segenap penduduk
di kepulauan Nusantara itu kembali diulang dalam bentuk Sumpah Pemuda
yang bertujuan untuk membentuk satu bangsa yang besar dengan
mendirikan negara kesatuan Republik Indonesia. Cita-cita besar yang
menjadi landasan dan semangat perjuangan para pendiri negara kesatuan
Republik Indonesia itu mempunyai implikasi sosial dan kebudayaan yang
amat luas dan mendalam dalam masyarakat majemuk dengan
keanekaragaman kebudayaannya.
Sebaliknya banyak pula sisa-sisa atau peninggalan sejarah yang
menimbulkan implikasi negatif dalam interaksi sosial lintas budaya
masyarakat Indonesia dewasa ini, seperti sisa-sisa, pola-pola interaksi sosial
yang tidak berimbang antara penguasa dan penduduk di berbagai daerah
bekas kerajaan dan kesultanan. Tanpa disadari hubungan tidak berimbang
antar kelompok suku bangsa penguasa dengan rakyatnya itu
memengaruhi sifat hubungan dalam interaksi lintas budaya dimasa
lampau yang seringkali meninggalkan sisa-sisanya hingga kini.
Pola-pola interaksi lintas budaya yang bersifat dominan sebagai akibat
pengalaman sejarah itu sebagian besar tergusur akibat pengaruh
kekuasaan kolonial. Akan tetapi kekuatan baru muncul dan memperkuat
pola-pola interaksi lintas budaya yang diwarnai arogansi suku bangsa dan
golongan, yaitu faktor pendidikan, kedekatan dengan penguasa dan
kebudayaannya serta pengaruh ekonomi. Dengan demikian kelompok
suku bangsa dan golongan yang dapat menguasai jalu-jalur kolonial
tersebut mempunyai peluang untuk memperkuat posisi atas dalam pola-
pola interaksi lintas budaya pada masa kolonial.
Tidak dapat disangkal bahwa upaya untuk mengisi kemerdekaan
dengan meningkatkan kesejahteraan umum dalam masyarakat majemuk
sangat berpotensi untuk menimbulkan konflik sosial, ekonomi, politik dan
keamanan. Namun hal itu tidak berarti bahwa pembangunan harus
dibatalkan, melainkan persyaratannya yang harus diperhatikan dengan
seksama. Sebagaimana diketahui, pembangunan nasional yang
112
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
diselenggarakan di Indonesia mengambil model pembangunan yang
pernah diterapkan di Barat dengan berhasil. Pembangunan yang mengejar
pertumbuhan ekonomi itu bertumpu pada Trilogi, yaitu penerapan
teknologi modern untuk mendukung industrialisasi yang diharapkan akan
memacu perkembangan sosial budaya. Trilogi itu merupakan persyaratan
kesiapan sosial dan kebudayaan masyarakat untuk mengambil bagian
secara menguntungkan. Kenyataan ini sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan masyarakat Indonesia yang majemuk dengan keanekara-
gaman kebudayaannya. Akibat terjadi kecenderungan dominasi suku
bangsa dan kebudayaan tertentu terhadap suku-suku bangsa dan kebuda-
yaan-kebudayaan Indonesia lainnya.
Hanya suku bangsa dan golongan tertentu yang telah siap untuk
mengambil bagian dalam pembangunan secara aktif yang diuntungkan.
Sedangkan suku-suku bangsa lainnya terpaksa mengambil alih
kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang beruntung untuk dapat
mengambil bagian dalam pembangunan secara aktif. Bukan hanya
kebudayaan makan beras saja yang diperkenalkan ke seluruh penduduk
Indonesia, akan tetapi bercocok tanam padi di sawah harus dipelajari oleh
penduduk Indonesia yang semula tidak mengembangkan kebudayaan
sawah. Masih banyak lagi gejala dominasi suku-suku bangsa dan
kebudayaan-kebudayaan dan golongan sosial tertentu yang mendominasi
suku-suku bangsa dan kebudayaan-kebudayaan Indonesia lainnya,
sehingga menimbulkan kecemburuan dan pertikaian sosial yang kadang-
kadang disertai kekerasan
.
Kenyataan tersebut sesungguhnya dapat diatasi
kalau sejak dini diperhatikan persyaratan budaya yang diperlukan.
Karena itu meningkatnya kegiatan sosial yang menyertai
pertumbuhan ekonomi itu harus diimbangi dengan penegakan keadilan
(social justice),
penataan demokrasi
(polical democracy)
dan kebebasan
berkreasi
(cultural freedom)
untuk menghadapi tantangan persaingan
dalam mengejar keberhasilan perorangan. Tanpa ketiga persyaratan
tersebut, niscaya pertumbuhan ekonomi dapat memacu perkembangan
sosial dan kebudayaan yang menjadi landasan perkembangan ekonomi
yang kuat. Sebaliknya tidak adanya keadilan sosial telah memicu
pertikaian sosial yang semakin tajam antara mereka yang beruntung
dengan mereka yang dirugikan dalam pembangunan. Pengolahan sumber
daya dan lingkungan alam, telah mempercepat pengurasan sumber daya
dan kemerosotan mutu lingkungan. Kenyataan tersebut dirasakan dalam
113
Keanekaragaman Budaya Nusantara
apa yang dinamakan kelangkaan sumber daya yang pada gilirannya telah
memicu persaingan yang tidak sehat dalam mempeributkannya. Dalam
persaingan yang tidak imbang itu, biasanya mereka yang memiliki
berbagai keunggulan sosial, politik dan ekonomi yang akan keluar sebagai
pemenang. Sementara itu sebagian besar penduduk yang tergusur dari
lingkungan hidupnya maupun lapangan usahanya cenderung untuk
mengaktifkan simbol-simbol primordial dalam menggalang kekuatan
untuk memenangkan persaingan yang tidak sehat. Sementara itu penataan
demokrasi diperlukan untuk membuka peluang bagi elit di daerah untuk
mendapatkan peluang mobilitas sosial, ekonomi, dan politik.
Sementara itu kebebasan berkreasi perlu ditegakkan untuk
memberdayakan masyarakat majemuk Indonesia yang mempunyai
keanekaragaman kebudayaan. Dengan kebebasan berkreasi itu bukan hanya
masyarakat Indonesia yang akan meningkat kemampuannya untuk
bersaing dalam era globalisasi, melainkan juga dapat menghindarkan
kecenderungan dominasi suku-suku bangsa dan kebudayaan-kebudayaan
Indonesia lainnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan betapa sesungguhnya
proyek pencetakan sejuta hektar sawah lahan gambut yang telah dibatalkan
itu sesungguhnya dapat menjurus ke arah dominasi kebudayaan petani
sawah dari Jawa yang dipaksakan kepada orang Dayak dan kebudayaannya
yang dianggap kurang sesuai dengan arah pembangunan.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang menghadapi era globalisasi
yang menuntut kemampuan bersaing secara sehat dalam mengejar
keberhasilan perorangan maupun kolektif itu harus ditanggapi dengan
pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan. Untuk mendukung upaya
tersebut diperlukan penegakan keadilan sosial, penataan demokrasi dan
kebebasan berkreasi. Akan tetapi untuk mewujudkannya harus dihormati
hak budaya komuniti sebagai kendali hak asasi individu yang dewasa ini
terasa cenderung tanpa mengenal batas. Dengan pengakuan hak budaya
komuniti itu diharapkan akan dapat menjembatani kepentingan hak
individu dengan hak negara, demikian pula dapat menjadi arena integrasi
bangsa yang efektif.
114
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
D.
Pengembangan Sikap Toleran dan Empati Sosial
terhadap Hubungan Keanekaragaman dan
Perubahan Kebudayaan
Pendidikan merupakan media transformasi budaya yang cukup
ampuh dalam menciptakan iklim yang harmonis. Dengan menghadirkan
paradigma baru pendidikan multikultural dapat menjadi jawaban tepat
atas beberapa problematika yang ada. Perlu kita sadari bersama, bahwa
proses pendidikan adalah proses pembudayaan.
Fakta Sosial
“Ayo kembangkan wawasan kontekstual”
Coba amati gambar di atas, lalu jawab pertanyaan di bawah ini!
1.
Jelaskan mengapa budaya demikian mengalami pengikisan/
hilang pada kehidupan masyarakat suku Jawa!
2.
Coba kritisi tentang faktor-faktor perubah dari budaya tersebut!
115
Keanekaragaman Budaya Nusantara
Mewujudkan cita-cita persatuan bangsa merupakan suatu unsur
budaya nasional. Pendidikan multikultural dapat kita rumuskan sebagai
wujud kesadaran tentang keanekaragaman kultural, hak-hak asasi manusia
serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka untuk
membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Selain itu,
pendidikan multikultural bisa juga diartikan sebagai strategi untuk
mengembangkan kesadaran atas kebanggaan seseorang terhadap
bangsanya (
the pride in one’s home nation
). Di Indonesia, pendidikan
multikultural relatif baru dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap
lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang heterogen,
plural
, terlebih
pada masa otonomi dan desentralisasi yang baru diberlakukan sejak 1999
lalu hingga saat ini.
Penyelenggaraan “model” pendidikan multikultural yang harus
dikembangkan di Indonesia adalah yang sesuai dengan karakter sosio-
kultural masyarakat Indonesia, dan dilaksanakan dengan prinsip hati-hati.
Apabila hal itu dilaksanakan dengan tidak berhati-hati, justru mungkin
akan menjerumuskan kita ke dalam perpecahan nasional (disintegrasi
bangsa). Beberapa hal yang dibidik dalam pendidikan multikultural ini
adalah:
1.
Pendidikan multikultural menolak pandangan yang menyamakan
pendidikan dengan persekolahan atau pendidikan multikultural
dengan program-program sekolah formal. Pandangan yang lebih luas
mengenai pendidikan sebagai transmisi kebudayaan juga bermaksud
membebaskan pendidik dari asumsi bahwa tanggung jawab primer
dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan semata-mata tidak
berada di tangan mereka melainkan tanggung-jawab semua pihak.
2.
Pendidikan ini juga menolak pandangan yang menyamakan
kebudayaan dengan kelompok etnik. Oleh karena individu-individu
memiliki berbagai tingkat kompetensi dalam berbagai dialek atau
bahasa, dan berbagai pemahaman mengenai situasi-situasi di mana
setiap pemahaman tersebut sesuai, maka individu-individu memiliki
berbagai tingkat kompetensi dalam sejumlah kebudayaan. Dalam
konteks ini, pendidikan multikultural akan melenyapkan
kecenderungan memandang individu secara stereotip menurut
identitas etnik mereka. Justru akan meningkatkan eksplorasi
pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di
kalangan anak didik dari berbagai kelompok etnik.
116
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
3.
Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa
kebudayaan. Kebudayaan yang akan diadopsi seseorang pada suatu
waktu ditentukan oleh situasinya. Meski jelas berkaitan, harus
dibedakan secara konseptual antara identitas-identitas yang disandang
individu dan identitas sosial primer dalam kelompok etnik tertentu.
4.
Pendidikan meningkatkan kesadaran mengenai kompetensi dalam
beberapa kebudayaan akan menjauhkan kita dari konsep dwi budaya
atau dikotomi antara pribumi dan nonpribumi. Karena dikotomi
semacam ini bersifat membatasi kebebasan individu untuk
sepenuhnya mengekspresikan diversitas kebudayaan.
Dalam melaksanakan pendidikan multikultural ini mesti
dikembangkan prinsip solidaritas. Yakni kesiapan untuk berjuang dan
bergabung dalam perlawanan demi pengakuan perbedaan yang lain dan
bukan demi dirinya sendiri. Solidaritas menuntut untuk melupakan upaya-
upaya penguatan identitas melainkan berjuang demi dan bersama yang
lain. Dengan berlaku demikian, kehidupan multikultural yang dilandasi
kesadaran akan eksistensi diri tanpa merendahkan yang lain diharapkan
segera terwujud.
Pertentangan etnis dan konflik SARA yang terjadi beberapa dekade
terakhir ini mengajarkan betapa pentingnya pendidikan multikultural di
sekolah. Seperti telah di singgung di atas, meskipun bangsa ini secara formal
mengakui keragaman, namun dalam kenyataannya tidak. Sudah sejak
lama sistem pendidikan kita terpenjara dalam pemenuhan target sebagai
akibat dari kapitalisme yang telah menguasai negeri ini. Yang akhirnya,
pendidikan tidak lebih dari pabrik raksasa yang menghasilkan tenaga
kerja terampil, namun dengan bayaran murah.
Pada prinsipnya pendidikan multikultural adalah pendidikan yang
menghargai perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan
struktur dan proses dimana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi.
Untuk mendesain pendidikan multikultural secara praktis tentu tidak
mudah. Tetapi, paling tidak kita mencoba melakukan usaha untuk
mendesain sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan multikultural yang
sesuai dengan corak masyarakat kita. Pendidikan multikultural adalah
proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.
Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan
kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga
persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak.
117
Keanekaragaman Budaya Nusantara
Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat
kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis
untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang
muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat
dikelola secara cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan kehidupan
bangsa ke depan.
Jika kita menengok sejarah Indonesia, maka realitas konflik sosial yang
terjadi sering kali mengambil bentuk kekerasan sehingga mengancam
persatuan dan eksistensi bangsa. Pengalaman peperangan antara kerajaan-
kerajaan sebelum kemerdekaan telah membentuk fanatisme kesukuan
yang kuat. Sedangkan terjadinya konflik sosial setelah kemerdekaan, sering
kali bertendensi politik, dan ujungnya adalah keinginan suatu komunitas
untuk melepaskan diri dari kesatuan wilayah negara kesatuan, bahkan
buntutnya masih terasa hingga sekarang, baik yang terjadi di Aceh dan
Papua. Tanpa pendidikan multikultural, maka konflik sosial akan terus
menjadi suatu ancaman yang serius bagi keutuhan dan persatuan bangsa.
Analisis Sosial
“Coba kembangkan wawasan kebinekaan kalian!”
1.
Buatlah sebuah tulisan yang menggambarkan bagaimana
kerukunan antarsuku bangsa dapat terjalin dalam berbagai
bidang kehidupan.
2.
Untuk membantu dalam menulis, carilah berita atau artikel di
koran yang mengungkapkan suatu peristiwa tertentu yang
mampu memberikan gambaran tentang sebuah kedamaian.
3.
Kaitkan dengan konsep pengembangan masyarakat
multikultural.
4.
Jika mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman atau guru
kalian.
5.
Bentuklah kelompok dengan anggota berkisar antara 4-5
anggota.
6.
Cari berita di koran yang menggambarkan konflik SARA.
Diskusikan bersama dan cobalah untuk mencari faktor-faktor
penyebab, solusi masalah dan sikap kalian dalam memandang
masalah tersebut
118
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Rangkuman
1.
Pluralitas bangsa Indonesia merupakan sumber potensial
terjadinya konflik yang dapat mengancam disintegrasi bangsa.
Beberapa konflik yang berbau SARA sering terjadi di Indonesia
akibat pengelolaan kemajemukan yang tidak menggunakan
prinsip multikultural.
2.
Konflik suku bangsa, gerakan separatisme sampai kesenjangan
multidimensional merupakan akibat-akibat tidak diperhatikan-
nya sebuah pluralitas bangsa. Melalui pendidikan multikultural
diharapkan mampu mengubah tingkah laku individu yang suka
meremehkan kebudayaan lain dapat dengan sendirinya hilang
dan memandang semua dalam kesetaraan yang menjunjung
tinggi asas toleransi. Berdasarkan keprihatinan kebudayaan
tersebut maka perlu segera melakukan upaya menemukan
kembali jati diri atau karakter kepribadian nasional dengan tujuan
utama menumbuhkan rasa kebanggaan masyarakat Indonesia
terhadap nilai-nilai budaya nasional dengan semangat kebinekaan.
3.
Selain itu diperlukan pimpinan nasional yang memiliki
komitmen utuh terhadap kebangsaan termasuk di dalamnya
memahami sejarah perjuangan kebudayaan dan mampu
menyatukan komponen kemajemukan budaya, sejarah, sumber
daya serta memiliki wawasan domestik guna menghindari
perpecahan bangsa dan disintegrasi, ini selayaknya disikapi oleh
semua komponen bangsa dengan kembali ke semangat budaya
nasional untuk di-konsolidasikan kembali menjadi kekuatan
membangun kemandirian.
4.
Masyaraklat multikultural tumbuh diawali dengan adanya
kesadaran bahwa hidup manusia dalam sebuah masyarakat dan
kebudayaan adalah bersifat pluralis. Keragaman yang ada
merupakan fitrah dan potensi untuk saling memahami
119
Keanekaragaman Budaya Nusantara
Uji Kompetensi
A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara memberi
tanda silang (X) pada huruf
a, b, c, d,
atau
e
!
1.
Berbagai permasalahan dan konflik antarsuku bangsa yang terjadi
di Indonesia dapat dihindari apabila masing-masing anggota
masyarakat mengembangkan sikap di bawah ini,
kecuali
. . . .
a.
toleransi
d.
meng
hargai
b.
simpati
e.
prasangka
c.
empati
2.
Masyarakat majemuk adalah suatu
masyarakat yang terdiri dari
dua atau lebih elemen dan tatanan sosial yang hidup
berdampingan tetapi tidak terintegrasi dalam satu kesatuan
politik. Merupakan definisi masyarakat majemuk menurut . . . .
a.
Clifford Geertz
d.
Peter M. Blau
b.
J.S. Furnival
e.
Max Weber
c.
Burner
3.
Secara horisontal, kemajemukan masyarakat Indonesia ditandai
dengan adanya perbedaan-perbedaan di antara warga dalam hal
. . . .
a.
kekuasaan ekonomi
d.
ideologi politik
b.
suku bangsa
e.
golongan sosial
c.
aliran politik
4.
Salah satu penyebab konflik antarsuku bangsa adalah
etnosentrisme yang kuat. Yang dimaksud dengan etnosentrisme
adalah . . . .
a.
kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja
akan keunggulan kebudayaan sendiri
b.
adanya perbedaan ciri-ciri fisik yang menjadi bawaan sejak
lahir
c.
pandangan yang berdasarkan pada prasangka
d.
penilaian terhadap bagian-bagian kebudayaan lain
dibandingkan dengan kebudayaan asing
e.
peleburan kebudayaan menjadi satu kebudayaan
5.
Konflik yang terjadi antara suku bangsa Dayak dan suku bangsa
Madura disebabkan oleh faktor . . . .
120
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
a.
agama
b.
kesenjangan ekonomi
c.
perebutan daerah kekuasaan
d.
perbedaan ras
e.
perbedaan pendapat
6.
Sikap menghargai perbedaan yang ada di dalam suku bangsa
dapat dilakukan melalui . . . .
a.
intervensi negara
d.
ajaran agama
b.
pendidikan multikultural e.
kebu
dayaan nasional
c.
tokoh masyarakat/adat
7.
Golongan masyarakat yang tidak mau menerima perubahan
disebut . . . .
a.
rasisme
d.
konservatif
b.
primordialisme
e.
primitif
c.
etnosentrisme
8.
Di bawah ini konflik-konflik yang pernah terjadi di Indonesia,
kecuali
. . . .
a.
pemberontakan suku Kurdi
b.
gerakan separatisme GAM
c.
perlawanan Fretilin
d.
organisasi Papua Merdeka
e.
konflik Sambas
9.
Konflik antar individu dalam beberapa kasus dapat meluas
menjadi antarkategori sosial misalnya konflik suku bangsa. Hal
ini disebabkan karena . . . .
a.
kesenjangan sosial geografis
b.
kesenjangan budaya
c.
kesenjangan ekonomi
d.
primordialisme
e.
prasangka buruk
10. Pengertian tentang kebudayaan nasional tercakup di dalam UUD
1945 . . . .
a.
pasal 31
d.
pasal 34
b.
pasal 32
e.
pasal 35
c.
pasal 33
121
Keanekaragaman Budaya Nusantara
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat
dan tepat!
1.
Menurut kalian, apakah yang menyebabkan kemajemukan
masyarakat Indonesia?
2.
Bagaimana menurut kalian solusi yang terbaik dalam mengatasi
kemajemukan yang ada di masyarakat Indonesia?
3.
Sebutkan masalah-masalah yang dapat timbul akibat
kemajemukan masyarakat Indonesia! Jelaskan dengan
mengambil salah satu contoh kasus!
4.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan multikultural? Jelaskan
kaitaannya dalam mengintegrasikan suku-suku bangsa yang ada
di Indonesia!
5.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan primordialisme dalam
masyarakat majemuk?
Proyek
“Ayo tumbuhkan etos kerja kalian!”
1.
Kalian diminta membuat sebuah drama yang menggambarkan
suasana konflik antarsuku bangsa. Kasus yang terjadi dapat
berdasarkan yang pernah terjadi di Indonesia atau hasil
kreativitas teman-teman di kelas.
2.
Buatlah skenario terlebih dahulu yang meliputi latar belakang,
permasalahan yang timbul dan solusi yang tepat. Dalam
pembuatan drama ini banyak menggambarkan karakter-
karakter tokoh-tokoh tertentu yang disesuaikan dengan
perannya.
3.
Pililah yang menjadi koordinator drama dan bagilah tugas
masing-masing teman-teman di kelas dengan rata sehingga
persiapan drama dapat selesai secepatnya.
4.
Setelah itu berlatihlah selama beberapa kali sampai menjadi
sebuah drama bagus.
5.
Pertontonkan drama tersebut di depan guru kalian dan mintalah
komentar pada guru kalian.
122
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Latihan Soal-soal Semester Genap
A. Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x)
pada huruf
a, b, c, d,
atau
e
!
1.
Kenyataan sosial yang merupakan wujud dari diferensiasi sosial
berdasarkan suku bangsa adalah ....
a.
terjadinya konflik antarkelas yang berbeda
b.
terjalin kerja sama antarkelas
c.
masyarakat terdiri dari berbagai macam bahasa dan
kebudayaan
d.
meningkatnya nepotisme karena sistem kekerabatan
e.
penghasilan yang diterima oleh setiap suku bangsa berbeda-
beda
2.
Masyarakat Indonesia merupakan contoh masyarakat majemuk
yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam ....
a.
suku bangsa
b.
bahasa
c.
agama
d.
adat istiadat
e.
jawaban a, b, c, dan d benar
3.
Unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh masyarakat adalah
....
a.
kesenian
b.
bahasa
c.
keagamaan
d.
olahraga
e.
teknologi ekonomi
4.
Salah satu ciri masyarakat majemuk menurut Van den Berghe
adalah ....
a.
tersegmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang
berkebudayaan sama
b.
struktur sosial terbagi dalam lembaga-lembaga yang
komplementer
c.
mampu mengembangkan konsensus tentang nilai dasar
d.
sering terjadi konflik di antara kelompok-kelompok
e.
integrasi sosial terjadi melalui konsensus dan dominasi
ekonomi
123
Latihan Soal-soal Semester Genap
5.
Demi kelestarian budaya bangsa yang beranekaragam, kalian
sebagai generasi muda penerus bangsa harus saling menghormati
dan menghargai budaya daerah lain. Pernyataan di atas
merupakan pengertian dari ....
a.
simpati
d.
motivasi
b.
toleransi
e.
sugesti
c.
empati
6.
Kebudayaan nasional merupakan salah satu bidang
pembangunan nasional yang dilakukan dengan tujuan utama
adalah ....
a.
menyelamatkan dan memuliakan warisan budaya bangsa
b.
menarik wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri
c.
merupakan sumber pendapatan daerah di samping pajak
d.
merupakan harapan masa depan anak cucu bangsa Indonesia
e.
mengumpulkan pendapatan bangsa dan negara Indonesia
7.
Individu yang sulit menerima budaya asing adalah ....
a.
golongan muda
b.
golongan tua yang masih terikat tradisi
c.
golongan alim ulama
d.
golongan petani
e.
golongan pedagang
8.
Salah satu ciri yang melekat pada elemen-elemen masyarakat
majemuk adalah primordialisme, yaitu ....
a.
ikatan lahir dan batin di antara anggota-anggota kelompok
b.
loyalitas atau sentimen terhadap hal-hal yang dibawa sejak
lahir
c.
pandangan yang didasarkan pada prasangka atau
stereotipe
d.
penilaian kepada suatu hal yang didasarkan pada anggapan
umum
e.
bagian-bagian dari tradisi yang diterima keberadaannya.
9.
Melemahnya integrasi sosial masyarakat yang mulai terasa sejak
paruh waktu 1990-an antara lain bersumber pada kesenjangan
sosio geografik, yaitu ....
a.
kebijakan pembangunan yang terlalu sentralistis
b.
industrialisasi yang terkonsentrasi di Pulau Jawa
c.
perbedaan perkembangan pendidikan antara Jawa dengan
luar Jawa
d.
kesenjangan antara pusat dengan daerah
e.
arus urbanisasi
124
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
10. Ciri yang cukup mencolok dalam kemajemukan masyarakat
Indonesia yang merupakan salah satu sumber permasalahan
kehidupan dalam masyarakat majemuk adalah dominasi dan
penekanan pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam
satuan-satuan sosial yang berupa ....
a.
sistem sosial
b.
sistem budaya
c.
kelompok sosial
d.
intimidasi
e.
konflik sosial
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan singka dan
jelas!
1.
Menurut kalian apa saja faktor-faktor yang mempermudah
terjadinya asimilasi?
2.
Jelaskan perkembangan suku bangsa yang ada di Indonesia,
menurut pengetahuan kalian selama ini!
3.
Coba kalian jelaskan apa saja yang sudah kalian ketahui tentang
etnosentrisme berkaitan dengan masyarakat Indonesia yang
majemuk!
4.
Jelaskan konsep masyarakat multikultural sebagai pemecahan
masalah keanekaragaman bangsa Indonesia!
5.
Bagaimana menurut kalian solusi yang terbaik dalam mengatasi
kemajemukan yang ada di masyarakat Indonesia?
125
Latihan Soal-soal Akhir Tahun
Latihan Soal-soal Akhir Tahun
A. Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x)
pada huruf
a, b, c, d,
atau
e
!
1.
Diferensiasi sosial yang timbul dalam masyarakat karena adanya
ciri-ciri budaya dapat dilihat dalam kenyataan berikut ini, yaitu
....
a.
pada masyarakat perkotaan status sosial seseorang
ditentukan oleh tingkat pendidikan, profesi, pangkat, dan
jabatan
b.
di India masyarakatnya terbagi atas kasta Brahmana, Ksatria,
Vaicya, dan Cudra.
c.
masyarakat Indonesia terdiri atas masyarakat Ambon dan
sebagainya
d.
Amerika Serikat merupakan negara heterogen karena terdiri
dari berbagai macam ras
e.
masyarakat industri memiliki keanekaragaman status da
peran sosial
2.
Diferensiasi masyarakat Indonesia berdasarkan suku bangsa
ditandai dengan keanekaragaman ....
a.
agama, budaya dan adat istiadat
b.
adat istiada, bahasa, dan sistem sosial
c.
asal usul, ciri-ciri fisik, dan agama
d.
asal usul, tempat tinggal, dan budaya
e.
budaya, kesenian, dan pandangan hidup
3.
Pada masyarakat industri sistem pelapisan sosialnya lebih bersifat
....
a.
kaku
d.
tertutup
b.
demokratis
e.
terbuka
c.
liberal
4.
Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan agama, yaitu ....
a.
pemeluknya mayoritas dan minoritas
b.
tingkat keamanan para pemeluknya
c.
agama yang diturunkan melalui para nabi
d.
agama yang sumbernya berasal dari Asia
e.
agama yang satu tidak lebih tinggi daripada agama yang
lain
126
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
5.
Kedudukan wanita dalam masyarakat modern dewasa ini tidak
lagi merupakan beban kaum pria, melainkan sebagai ....
a.
ancaman pria
b.
rival pria
c.
pesaing pria
d.
rekan pria
e.
mitra sejajar pria
6.
Pelapisan sosial dalam era industrialisasi lebih dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut ....
a.
keturunan, pendidikan, dan kekuasaan
b.
kekayaan, pendidikan, dan keturunan
c.
pendidikan, prestasi, dan jabatan
d.
jabatan, kekuasaan, dan pendidikan
e.
kualitas pribadi, prestasi, dan pemilikan modal
7.
Perbedaan antara pelapisan sosial dengan diferensiasi sosial adalah
....
a.
pengelompokan masyarakat pada pelapisan sosial ditentukan
secara vertikal atau hierarki, sedangkan diferensiasi sosial
tidak
b.
diferensiasi sosial dan pelapisan sosial ditemukan pada setiap
kehidupan masyarakat
c.
pelapisan sosial cenderung terdapat pada masyarakat modern
sedangkan diferensiasi sosial terdapat pada masyarakat
tradisional
d.
diferensiasi sosial lebih sering menimbulkan konflik daripada
pelapisan sosial.
e.
diferensiasi sosial tidak memiliki perbedaan yang signifikan
dengan pelapisan sosial
8.
Isolasi geografis yang menyebabkan kemajemukan suku bangsa
di Indonesia dilatarbelakangi oleh kondisi ....
a.
sarana komunikasi dan transportasi yang kurang
b.
pembangunan nasional yang belum merata
c.
tingkat keragaman sosial yang tinggi
d.
wilayah negara yang sangat luas
e.
tradisi masyarakat yang kuat
127
Latihan Soal-soal Akhir Tahun
9.
Perbedaan kebudayaan di antara kelompok-kelompok manusia
yang mengakibatkan lebih beranekaragamnya pluralitas
masyarakat Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor dalam
....
a.
lokasi yang terisolasi satu dari lainnya
b.
perbedaan agama dan keyakinan
c.
jenis kesuburan tanah dan iklim yang berbeda
d.
letak wilayah Indonesia di posisi silang
e.
bentuk geografi di wilayah Indonesia
10. Budaya nasional Indonesia adalah ....
a.
bentuk dari ide-ide nasional
b.
akumulasi dari konsep-konsep nasional
c.
perwujudan rasa, karsa, dan karya bangsa Indonesia
d.
pertanyaan dua budaya yang berbeda
e.
kumpulan semua budaya daerah di Indonesia
11. Sarana pewarisan budaya yang paling dasar adalah ....
a.
anggota masyarakat
b.
keluarga
c.
sekolah
d.
lembaga pemerintah
e.
asosiasi
12. Adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang
berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya
bagi kehidupan, adalah ....
a.
perubahan budaya
b.
akulturasi budaya
c.
disorganisasi sosial budaya
d.
integrasi kebudayaan
e.
revolusi sosial budaya
13. Suatu unsur budaya yang merupakan hasil pembaharuan
merupakan pengertian dari ....
a.
akulturasi
b.
discovery
c.
imnvention
d.
inovasi
e.
difusi
128
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
14. Akulturasi pada hakikatnya merupakan suatu proses perubahan
yang terjadi akibat ....
a.
adanya dominasi budaya asing
b.
adanya komunikasi yang semakin maju
c.
penemuan baru di bidang ide
d.
penyebaran kebudayaan dan negara lain
e.
penyatuan dua budaya yang berbeda
15. Diferensiasi sosial yang terjadi dalam masyarakat ditandai dengan
adanya keanekaragaman dalam hal ....
a.
bahasa, asal-usul, dan keturunan
b.
kesenian, tempat asal, dan pandangan hidup
c.
kekayaan, pendidikan, dan warisan
d.
ras, profesi, dan suku bangsa
e.
kasta, prestasi, dan kekuasaan
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan singkat dan
jelas!
1.
Coba kalian sebutkan dan jelaskan beberapa ciri-ciri suku bangsa
yang kalian ketahui!
2.
Jelaskan tentang konsensus dan konflik yang merupakan dua sisi
yang tidak bisa dipisahkan!
3.
Konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat menimbulkan
beberapa dampak, sebutkan dan jelaskan menurut pengertian
kalian selama ini!
4.
Sebutkan dan identifikasikan faktor-faktor pendorong terjadinya
mobilitas sosial!
5.
Menurut kalian mengapa etnosentrisme dapat menyebabkan
konflik antarsuku bangsa?
129
Glosarium
Glosarium
Akulturasi.
Proses pengambilan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh
sebuah kelompok atau individu.
Amalgamasi.
Perbauran biologis antara dua atau lebih ras manusia yang
berbeda ciri-ciri fisiknya sehingga mereka menjadi satu rumpun.
Asimilasi.
Peleburan dua kebudayaan atau lebih sehingga menjadi satu
kebudayaan.
Konservatif.
Seseorang yang mungkin saja dapat menerima perubahan-
perubahan kecil, namun tetap yakin bahwa sistem sosial yang berlangsung
pada hakikatnya sudah baik.
Counterculture.
Sebuah kebudayaan khusus (subkultur) yang tidak hanya
berbeda dengan kebudayaan masyarakat yang berlaku dan diterima, tetapi
juga bertentangan dengan kebudayaan masyarakat tersebut.
Kebudayaan.
Segala sesuatu yang dipelajari melalui masyarakat dan
dilakukan oleh para anggota masyarakat, warisan sosial yang diterima oleh
seseorang dari kelompoknya, sistem perilaku yang dimiliki bersama oleh para
anggotanya.
Difusi.
Penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke kelompok
lainnya atau dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya.
Discovery.
Persepsi manusia terhadap aspek kenyataan yang sudah ada dan
telah disepakati bersama.
Kelompok Etnik.
Sejumlah orang yang memiliki persamaan ras dan warisan
budaya yang membedakan mereka dengan kelompok lainnya.
Etnosentrisme.
Kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja
akan keunggulan kebudayaannya sendiri.
Invention.
Suatu penggabungan (kombinasi) baru atau kegunaan baru dari
pengetahuan yang sudah ada.
Ras.
Suatu kelompok orang yang agak berbeda dengan orang lain dalam segi
ciri-ciri fisik bawaan namun demikian istilah tersebut juga benyak ditentukan
oleh batasan yang berlaku dalam masyarakat.
Simbol.
Segala sesuatu yang melambangkan, yang lain daripada benda
(lambang) itu sendiri, misalnya kata, gerakan, atau bendera.
Xenosentrisme.
Sikap yang lebih menyenangi pandangan atau produk asing,
lawan kata dari etnosentrisme.
Integrasi budaya.
Batas tertentu di mana ciri-ciri, kompleksitas dan institusi
suatu kebudayaan menyesuaikan diri secara harmonis dengan suatu
kebudayaan lain.
Traits.
Unit budaya terkecil menurut cara pengamat tertentu.
130
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Kebudayaan.
Segala sesuatu yang dipelajari melalui masyarakat dan
dilakukan oleh para anggota masyarakat, warisan sosial yang diterima oleh
seseorang dari kelompoknya, sistem perilaku yang dimiliki bersama para
anggotanya.
Etnosentrisme.
Kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja
akan keunggulan kebudayaannya sendiri.
Simbol.
Segala sesuatu yang melambangkan yang lain daripada benda
(lambang) itu sendiri, misalnya kata, gerakan, atau bendera.
Xenosentrisme.
Sikap yang lebih menyenangi pandangan atau produk asing,
lawan kata dari etnosentrisme.
Primordialisme.
Pemikiran yang mengutamakan atau menempatkan pada
tempat yang pertama kepentingan suatu kelompok atau komunitas
masyarakat.
Hegemoni.
Pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, dan sebagainya
dalam suatu negara atas negara lain atau suatu kelompok atas kelompok lain.
Integrasi bangsa.
Penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam
suatu wilayah dan pembentukan suatu indentitas nasional.
Pluralisme budaya.
Toleransi terhadap adanya perbedaan budaya dalam
suatu masyarakat, memperkenankan kelompok-kelompok yang berbeda
untuk tetap memelihara keunikan budaya masing-masing.
Diskriminasi.
Perbedaan perlakuan terhadap sesama manusia, pembatasan
kesempatan atau imbalan yang berdasarkan ras, agama, atau kelompok etnik.
Kelompok etnik.
Sejumlah orang yang memiliki persamaan ras dan warisan
budaya yang membedakan mereka dengan kelompok lainnya.
Ras.
Suatu kelompok orang yang agak berbeda dengan orang lain dalam segi
ciri-ciri fisik bawaan.
Gerakan Separatisme.
Gerakan pemutusan hubungan terhadap golongan
mayoritas yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang menderita sebagai
akibat dari adanya diskriminasi pada masa lalu sehingga mereka
menghendaki terciptanya kehidupan sosial dan ekonomi yang terpisah.
Etnosentrisme.
Kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja
akan keunggulan kebudayaan sendiri.
131
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
---------------. 1999.
Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.
Tanpa Tempat:
Putra A. Bardin.
Abdullah, Taufik & Leeden, A.C. Van Der. 1986.
Durkheim dan Pengantar
Sosiologi Moralitas (terjemahan)
. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Agus Salim. 2006.
Stratifikasi Etnik (Kajian Mikro Sosiologi Interaksi Etnis
Jawa dan Cina.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Ankie MM Hoogvelt. 1985.
Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang
.
Jakarta: CV Rajawali.
Anthony Giddens,etc. 2004.
Sosiologi, Sejarah dan Pemikirannya
.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs. 1982.
Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan, Terjemahan Arief Furchan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Astrid S. Susanto. 1993.
Globalisasi dan Komunikasi.
Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Bagong Suyanto (ed.). 1995.
Metode Penelitian Sosial.
Surabaya: Airlangga
University Press.
Bruce L., Berg. 1998.
Qualitative Research Methods For The Social Sciences
.
Boston: Allyn & Bacon A Viacom Company.
D.A. de Vaus. 1990.
Survey in Social Research
. Melbourne: Allen & Unwin
Australia Pty Ltd.
Emanuel J., Mason, and William J. Bramble. 1989.
Understanding and
Conducting Research
. New York: McGraw-Hill, Inc.
George P., Murdock. 1961.
Outline of Cultural Material
. New Haven:
Human Relations Area Files, Inc.
George Ritzer. 2000.
Teori Sosiologi Modern
. Yogyakarta; Kencana.
Giddens, Anthony. 1986.
Kapitalisme dan Teori Sosial Modern (terjemahan)
.
Jakarta: UI Press.
Graham Charles Kinloch. 1977.
Sociological Theory Its Development and
Major Paradigms.
New York: Mc Grow, Inc.
HAR. Tilaar. 1998.
Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam
Perspektif Abad 21.
Jakarta: Tera Indonesia.
Isadore, Newman, and Carolyn R. Benz. 1998.
Research Methodology
(Qualitative-Quantitative)
. Illinois: Southern Illinois University Press.
John, Naisbit. 1994.
Global Paradox, ed. Budiyanto
. Jakarta: Binarupa Aksara.
132
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Johnson, Doyle Paul. 1990.
Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2
. Jakarta: PT
Gramedia.
Judistira K., Garna. 1992.
Teori-Teori Perubahan Sosial
. Bandung: PPS
Unpad.
Jujun S., Suriasumantri. 1993.
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
K.J. Veeger. 1985.
Realitas Sosial
. Jakarta: PT Gramedia
K.J. Veeger. 1993.
Realitas Sosial.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kate L., Turabian. 1963.
Student's for Writing College Papers
. The University
of Chicago Press.
Koentjaraningrat. 1996.
Pengantar Antropologi I
. Jakarta: Rineka Cipta.
Kun Maryati. 2007.
Sosiologi
. Jakarta: Erlangga.
Lexy J., Moleong. 1998.
Metodologi Penelitian Kualitatif
. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Makagiansar M., Sudarmono P., Hamijoyo. 1989.
"Mimbar Pendidikan:
Dampak Globalisasi", dalam Jurnal Pendidikan No. 4, Tahun IX,
Desember 1990.
Bandung: IKIP Bandung Press.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed.). 1989.
Metode Penelitian Survai
.
Jakarta: LP3ES.
Matthew B., Miles, dan A. Michael Huberman. 199.
Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi
. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mayor Polak. 1976.
Sosiologi suatu Buku Pengantar Ringkas
. Jakarta.
Nasikun. 1984.
Sistem Sosial Indonesia
. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Nursid Sumaatmadja, dkk., 2000.
Buku Materi Pokok Perspektif Global
.
Jakarta: Depdikbud.
Paul B Horton & Chester L Hunt. 1987.
Sociology I & II
. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Paul B., Horton, dan Chester L. Hunt. 1999.
Sosiologi Jilid 1. Terjemahan
Aminudin Ram dan Tita Sobari
. Jakarta: Erlangga Pr.
Pedoman Penulisan Ilmiah
. Jakarta. 1996. Jakarta: IKIP Jakarta Press.
Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi.
1999. Surabaya: PPS Unair Press.
Peter Salim dan Yenny Salim. 1991.
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer
.
Jakarta: Modern English Press.
Poloma, Margareth. 1994.
Sosiologi Kontemporer
. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ramlan Surbakti. 1997.
Teori-Teori Sosial: Dihimpun dari Beberapa Sumber
Internet
. Surabaya: PPS Unair.
133
Daftar Pustaka
Ritzer, George & Goodman J. 2004.
Teori Sosiologi Modern
. Yogyakarta:
Kreasi Wacana
Ronald Fletcher. 1981.
Sociology (The Study of Social Sistem)
. Batsford
Academic and Educational Ltd, London.
Salim, Agus. 2006.
Stratifikasi Etnik
. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Siswojo Hardjodipuro. 1987.
Metode Penelitian Sosial I
. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud.
Soedjono Dirdjosisworo. 1985.
Asas-Asas Sosiologi
. Bandung: CV Armico.
Soekamto, Soerjono. 1985.
Aturan-Aturan Metode Sosiologis (Seri
Pengenalan Sosiologi 2 Emile Durkheim).
Jakarta: CV Rajawali.
Soerjono Soekamto. 1990.
Sosiologi Suatu Pengantar
. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto. 1982.
Sosiologi Suatu Pengantar
. Jakarta : PT Rajawali.
Susanto, AB. 1997.
Visi Global Para Pemimpin: Sinkretisme Peradaban
.
Jakarta: PT Gramedia.
Syahrial Syarbaini, dkk. 2002.
Sosiologi dan Politik
. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Tim Sosiologi. 2006.
Sosiologi 2
. Jakarta: Yudhistira.
Usman Pelly dan Asih Menanti. 1994.
Teori-Teori Sosial Budaya
. Jakarta:
Dirjen Dikti Depdikbud.
Yatim Riyanto. 2001.
Metodologi Penelitian Pendidikan
. Surabaya: Penerbit
SIC.
134
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Indeks
Indeks Subjek
A
Adat istiadat 22, 73, 95, 110
administratif 9
Agama 10, 20, 22, 73, 92, 107, 110
Agen sosial 11
Akomodasi 45
Akulturasi 63
Al Kroeber 7
Aliansi etnik 74
amalgamasi 62
Ambon 73
antargenerasi 38
antropolog 74
antropologis 78
APRA 80
arogansi 111
Asimilasi 61
asing 102
Austronesia 8
B
bahasa 21, 110, 115
bahasa lokal 72
bahasa nasional 107
bangsa 99, 116
budaya 20, 61, 72, 78, 99, 101, 111,
112, 114
budaya asing 61
Buddha 74, 82
C
cargo cut 97
Cina 94
civil society 81
Clifford Geertz 10, 20, 22
coercion 74
Coser 97
Countercultures 65
custome diferentiation 95
D
Darwinisme 6
Demografis 94
demokrasi 78, 113
demokratis 76
desentralisasi 115
DI/TII Daud Barureh 80
DI/TII Kartosuwiryo 80
dialek 115
Diferensiasi Sosial 6, 8, 10, 94
Difusi 64
Discovery 64
disintegrasi 75, 115
disintegrasi bangsa 96
disintegrasi sosial 10, 108
Diskriminasi sosial 78
diversitas 116
dominasi politik 74
E
egosentrisme 96
ekologi 9
ekonomi 78, 111
ekosistem 75
eksistensi 117
eksploitasi 97, 98
eksplorasi 97
equality 111
era globalisasi 113
ethnic group 110
etnik 75
etnis 116
Etnopolitic Conflict 22, 96
etnosentris 84
Etnosentrisme 22, 84, 95, 96, 97
etos budaya 99
F
fanatisme 117
feodal Jawa 40
Fretillin 97
fundamental 4, 11
135
Indeks
G
GAM 80
Gejala sosial 8
Gender 10
gerak sosial 35
global 77
golongan abangan 10
golongan pribumi 74
golongan priyayi 10
golongan santri 10
golongan sosial 8
H
Hak Asasi Manusia 77
hegemonik 96
heterogen 72, 83, 115
heterogenitas 22, 74
Hindu 74, 82
homogen 74
homogenitas 98
hubungan sosial 11
I
identitas 116
identitas bangsa 103
identitas individu 58
ideologi 63, 97
ideologi Pancasila 103
Ikatan sosial 10
ilmu pengetahuan 106
imigran 93
implikasi negatif 111
implikasi sosial 111
In-group feeling 63
individual identity 58
industrialisasi 105, 112
Inovasi 64
integrasi 20, 106
integrasi nasional 20, 25, 94
integrasi sosial 74
interaksi 9, 57, 94
interaksi sosial 2, 56, 109, 110, 111
intergenerasi 39
Invention 64
istiadat 110
J
Jati diri 58
jati diri 58, 85
Jawa 83
jenis kelamin 3
K
Kalimantan 73
kapitalisme 63, 116
kasta 14
Katolik 74
keadilan sosial 112
keagamaan 9
Keanekaragaman 108
Kebinekaan budaya 83
kebudayaan 9, 10, 58, 61, 62, 65,
75, 79, 93, 94, 99, 100, 101, 102, 105,
106, 111, 112, 115, 116
kebudayaan asing 63, 102
Kebudayaan Ideal 66
kebudayaan nasional 79, 83, 99, 100,
102, 103, 104, 105, 106, 107
Kebudayaan Riil 66
kehidupan bersama 58
kehidupan sosial 56
kekerabatan 78
kekerasan 21
kekuasaan 13
kelas sosial 35, 44, 46
kelompok 21, 58
kelompok bermain 11
kelompok etnik 8, 116
kelompok primer 44
kelompok sosial 20, 35, 45, 56,
57, 71, 72, 92, 109
keluarga 9, 11, 58
keluarga batih 57
kemanusiaan 100
kemerdekaan 117
kepercayaan 10, 92
kepribadian 21, 101
keragaman 116
Keragaman budaya 74
kesatuan 99
kesenian 106
kesenjangan 98
136
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
kesenjangan sosial 94, 95, 102
kesetaraan derajat 76
kesukubangsaan 85
kesusastraan 79
ketahanan 104
ketunggalan 108
keturunan 36
kolonial 111
kompetensi 116
komunikasi 9
komunisme 63
komunitas 78, 85, 110, 117
Komunitas kultural 74
komunitas moral 10
konfigurasi 100, 101
konflik 10, 21, 22, 44, 45, 74, 77, 93,
95, 96, 97, 116
konflik sosial 20, 21, 23, 111, 117
konsensus 25, 74
konsepsi 7
konservatif 84
konstruksi budaya 10
kultural 12, 97
Kutai 82
L
lembaga 74
liberalisme 63
lintas budaya 111
logat bahasa 9
Lokal 94
M
majemuk 72, 102
makhluk sosial 56, 109
manifest 95
masyarakat 3, 6, 8, 9, 10, 11, 20,
21, 22, 23, 34, 36, 37, 41, 44, 56,
57, 58, 59, 62, 65, 75, 93, 99, 101,
102, 103, 106, 107, 115, 116
masyarakat feodal 36
masyarakat heterogen 56
masyarakat madani 81
masyarakat majemuk 71, 73, 93, 99, 111
masyarakat multikultural 57, 71, 77,
81, 92, 93
mata uang 104
media massa 11
mekanisme kontrol 78
Melanesoid 7
Melayu 94
menimbulkan 98
Merauke 74
militeristik 76
minoritas Cina 74
mobilitas sosial 34, 35, 41, 46, 113
mobilitas vertikal 42
modern 83
moiety 78, 79
Mongoloid 8
multietnik 74
Multikultur 80
Multikultural 114, 115, 116
Multikulturalisme 108
N
nasional 79
nenek moyang 8, 36, 97
nilai budaya 105
nilai sosial 23, 74
nonkomplementer 74
norma sosial 4, 105
nuclear family 57
nusantara 99
O
OPM 80
orang Sakai 94
organisasi sosial 57, 72, 103, 106
orientasi politik 80
otonomi 115
otoriter 76
P
pamong praja 40
Pancasila 103, 106
pelestarian 101
pembangunan 106, 112
pemerintah 102
pemerintahan 104
penataan sosial 58
137
Indeks
pendidikan 78, 115, 116
penduduk 113
penetration pacifique 64
penetration violence 64
penjenjangan sosial 85
peran sosial 58
perbankan 104
perdagangan 104
Permesta Kahar Muzakar 80
perpindahan sosial 35
Persatuan 99
persatuan 99, 117
pertikaian sosial 112
perubahan sosial 23, 46
perubahan struktur 35
PKI 80
plural 83
plural society 73, 76
Pluralisme 83
pluralitas 98, 108
pola interaksi 111
politik 77, 78, 98, 104, 111
Politis 94
politis 9
posisi sosial 40
Poso 73
potensial 83
pranata khusus 83
pranata sosial 78, 104
pribumi 116
primordial 22, 58, 76, 85, 113
primordialisme
21, 22, 37, 73, 95, 96, 97
primordialitas 96
prinsip 81
profesionalisme 37
progresif 84
proporsi 84
proses politik 25
proses sosial 21, 62, 63
Protestan 74
R
radikal 78
rakyat 99
ras 3, 6, 7, 20, 57
rasial 9
reformasi 117
RMS 80
S
Sabang 74
Sampit 73
SARA 73, 116
sejarah 117
sentimenitas 97
sentralistik 96
separatisme 80, 96
sikap 11
simbiotik 64
simbol 110
sistem lapisan 2
sistem nilai 25
sistem pertentangan 13
sistem sosial 12, 13, 61
social climbing 36
social elevator 42
Solidaritas 13
solidaritas 21, 85, 97, 116
solidaritas etnik 80
sosial 12
sosiokultural 80
spesialisasi 41
status 12
status sosial 36, 38, 44
stereotipisme 96, 97
strata sosial 35, 41
Stratifikasi sosial 11, 12
stratum 12
Struktur masyarakat 22, 94
struktur sosial 34, 35, 44, 74, 94
Subcultures 65
subkultur 8
subyektif 85
Suku Baduy 61
Suku bangsa 3, 9, 20, 21, 22, 58, 73,
92, 93, 95, 96, 99, 106, 108, 110, 111, 112
Sulawesi 73
Sumpah Pemuda 99, 107
supremasi 98
138
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
Indeks Pengarang
B
B. Ter Haar 10
Barth 9, 58
Betawi 83
Bruner 94
Budhisantosa 100
C
C. Van Vollenhoven 9
Clifford Gertz 10, 20, 22
E
Emile Durkheim 10
H
Horton dan Hunt 44
K
Kimball Young 35
T
teknologi 102, 105, 106, 112
Timor Timur 97
Tionghoa 82, 83
toleransi 45, 82
toleransi sejati 76
totemisme 79
tradisi lisan 79
tradisional 13
U
umum lokal 83
Uni Soviet 80
unilineal 78, 79
universal 58
W
Wawasan Nusantara 106
wewenang 13
wilayah geografis 59
Y
Yugoslavia 80
L
Lewis Coser 97
P
Paul B. Horton 35
Paul Horton dan Charles Hunt 6
Peter Berger 12
Peter L Berghe 20
Pitirim Sorokim 2’
R
R Narol 9, 59
Raymond Flirth 4
Raymond W. Mack 35
Robert M.Z Lawang 12, 21
S
Selo Soemardjan 12
139
Kunci Jawaban Sosiologi XI
Uji Kompetensi Bab I
A. Pilihan Ganda
1. d
4. a
8. d
9. c
B. Uraian
3. Struktur sosial adalah jalinan antara
unsur-unsur sosial yang pokok yaitu
kaidah-kaidah atau norma-norma
sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial serta
lapisan-lapisan sosial.
Uji Kompetensi Bab II
A. Pilihan Ganda
1. d
2. d
5. c
8. d
B. Uraian
3. Konflik adalah suatu proses di mana
orang perorangan atau kelompok
manusia berusaha untuk memenuhi
tujuan dengan jalan menentang
pihak lawan yang disertai ancaman
dan kekerasan
Uji Kompetensi Bab III
A. Pilihan Ganda
1. c
5. d
7. b
9. b
B. Uraian
1. Mobilitas sosial adalah perpindahan
orang atau kelompok orang dari
strata sosial yang satu ke strata sosial
yang lain
Latihan Soal-soal Semester Gasal
A. Pilihan Ganda
1. e
4. a
7. b
11. a
13. b
B. Uraian
2. -
perubahan kondisi sosial
-
ekspansi teritorial dan gerak
populasi
-
komunikasi yang bebas
-
pembagian kerja
Uji Kompetensi Bab IV
A. Pilihan Ganda
1. c
5. d
9. b
B. Uraian
4. -
adanya sikap toleransi terhadap
kebudayaan lain
-
kesempatan-kesempatan yang
seimbang di bidang ekonomi
-
menghargai orang asing dan
kebudayaannya
-
sikap terbuka dari golongan yang
berkuasa dalam masyarakat
-
persamaan dalam unsur-unsur
kebudayaan
-
perkawinan campuran
Kunci Jawaban Sosiologi XI
140
Sosiologi Kontekstual XI SMA/MA
-
adanya musuh dari luar
Uji Kompetensi Bab V
A. Pilihan Ganda
2. a
4. b
9. c
10. d
B. Uraian
1. Suatu masyarakat yang terdiri dari
dua atau lebih elemen dan tatanan
sosial yang hidup berdampingan,
tetapi tidak terintergasi dalam satu
kesatuan politik.
Uji Kompetensi Bab VI
A. Pilihan Ganda
1. e
4. a
7. d
9. e
B. Uraian
5. Suatu pandangan yang melekat pada
diri seseorang (masyarakat) yang
menilai kebudayaan lain selalu
diukur dengan nilai kebudayaannya.
Latihan Soal-soal Semester Genao
A. Pilihan Ganda
2. c
4. c
6. a
8. a
B. Uraian
5. Dengan cara melakukan penyamaan
presepsi kebudayaan.
Latihan Soal-soal Akhir Tahun
A. Pilihan Ganda
3. c
5. c
7. a
9. e
13. d
B. Uraian
2. Setiap terjadinya konfllik diakibatkan
tidak adanya konsensus dari
masyarakat.
Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 8.203,-
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007 Tentang Penetapan
Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam
Proses Pembelajaran
ISBN 978-979-068-741-7